Yayasan Batik Indonesia menyelenggarakan beberapa kegiatan dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober 2021. Mengajak generasi muda dimanapun berada dengan ide kreatif yang “out of the box” untuk mengikuti Batik Fever Challenge. Sebuah lomba membuat ide konten kreatif dengan menggunakan batik Indonesia.
Pemeran yang berlokasi di Ashta Disctric 8, SCBD yang merupakan destinasi yang menghargai kekayaan budaya dan tradisi serta memperhatikan kualitas hidup komunitas. Tempat nongkrong baru ini sendiri berasal dari Bahasa Sanskrit yang artinya delapan. Nama ini diambil dari angka delapan yang ada pada District 8, serta delapan elemen untuk menuju kehidupan yang baik.
Peserta Batik Fever Challenge juga bisa datang ke Batik Fever Exhibition di Atrium Ashta District dan mengambil momen-momen seru di berbagai spot yang instragrameble. Pengalaman seru yang disebarkan ke berbagai aplikasi sosial media yang ada ini diharapkan bisa menciptakan “deman” batik di kalangan generasi muda.
Kegiatan-kegiatan ini diharapkan bisa menggairahkan kaum millenial. Bukan hanya mencintai batik Indonesia, tetapi juga memahami dan mengapresiasi sejarah proses pembuatannya. Karena di tangan merekalah, masa depan batik Indonesia berada.
Acara Batik Fever Exhibition juga semakin semarak karena setiap akhir pekan pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai penawaran menarik. Seperti mendapatkan masker gratis, berfoto bersama influencer, menikmati musik dan berfoto bersama DJ Para Milenial.
Menurut Ketua Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga, “Hari Batik Nasional di Indonesia sebagai peringatan perayaan batik Nasional sebagai warisan kemanusia untuk budaya lisan dan non duniawi pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.”
Sebagai bagian dari Organisasi PBB yang menangani Pendidikan dan Kebudayaan, UNESCO memiliki peran untuk meningkatkan kesadaran mendorong masyarakat setempat agar ikut melestarikan kekayaan warisan budaya yang dimiliki.
“Karena setelah ini, kita memiliki tugas untuk melestarikan batik sehingga warisan dari leluhur sehingga penetapan ini dapat terus kita pertahankan dan hari batik nasional terus memiliki makna bukan sekedar perayaan,” ucap Yanti Airlangga.
Icon menarik yang diharapkan bisa menjadi daya tarik pengunjung adalah Healing Tree (Pohon Penyembuhan) yang menjadi tema Hari Batik Nasional 2021.
Pohon pemulihan dalam ukuran raksasa, berhiaskan kain-kain batik dari berabagai daerah. Healing Tree yang berhiaskan kain batik Motif Tambal, Motif Gringsing dan Motif Udan Liris merupakan kearifan tradisi leluhur kita. Ketiga kain batik klasik ini memiliki makna menyembuhkan (Batik Tambal), menghindari kehampaan (Batik Gringsing) dan bertahan dari segala permasalahan (Batik Udan Gringsing).
Semangat pemulihan bagi industri batik Indonesia ini, sejalan dengan angin segar yang mulai berhembus di industri batik Indonesia pada saat ini. Beberapa sentra industri mulai bangkit, dengan melihat peluang pasar internasional. Peranan teknologi juga semakin memudahkan perajin, tetap juga menuntut kita semua untuk semakin membuka wawasan.
Beberapa karya disainer lokal batik Indonesia juga ikut dihadirkan dalam acara Gelar Batik Nusantara di Atrium Ashta Disctrict. Seperti Dharma Pertiwi, Bin House, Edward Hutabarat, Danar Hadi, Parang Kencana, Galeri Batik Jawa, Batik Keris, Bi Official, Alun Alun Indonesia dan Termasuk batik para perajin dari berbagai daerah yang selama ini bergabung dalam pameran dan penjualan batik di Rumah Cikatomas – YBI.
Selama dalam pemeran pengunjung diminta menunjukkan aplikasi Peduli Lindungi, sehingga acara ini diharapkan tetap dinikmati tanpa mengabaikan protokol kesehatan. (ft)
https://www.instagram.com/reel/CUj6Rchgz9P/?utm_medium=copy_link