Untuk menentukan apakah keputihan bersifat normal atau tidak normal, dokter akan menanyakan gejala yang dialami, siklus menstruasi, dan mengenai hubungan seksual. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan, terutama pemeriksaan panggul untuk memeriksa kondisi organ reproduksi wanita, seperti vagina, serviks, dan rahim.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan terhadap cairan dari keputihan itu sendiri. Perubahan warna pada cairan keputihan ini dapat menjadi petunjuk bagi dokter untuk menentukan penyebabnya. Berikut penjelasannya:
- Cairan berwarna coklat atau disertai bercak darah. Keputihan ini disebabkan oleh siklus menstruasi yang tidak teratur. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini bisa juga merupakan tkamu dari kanker rahim atau leher rahim.
- Cairan berwarna hijau atau kuning dan berbuih. Keputihan ini disebabkan oleh penyakit trikomoniasis.
- Cairan berwarna kelabu atau kuning. Keputihan ini dapat disebabkan oleh penyakit gonore.
- Cairan berwarna putih dan kental. Keputihan ini disebabkan oleh infeksi jamur pada vagina.
- Cairan berwarna putih, abu-abu, atau kuning, disertai bau amis. Keputihan ini disebabkan oleh penyakit vaginosis bakterialis.
- Cairan berwarna merah muda. Keputihan yang terjadi setelah melahirkan.
Tanda keputihan yang tidak normal umumnya sudah dapat terdeteksi pada pemeriksaan awal. Namun, dokter dapat menganjurkan pasien untuk menjalani pemeriksaan tambahan agar lebih pasti, seperti:
- Tes pH, untuk memeriksa tingkat keasaman lendir atau cairan dan mendeteksi tkamu-tkamu infeksi pada vagina.
- Tes sampel cairan vagina, yaitu pemeriksaan laboratorium terhadap sampel cairan atau lendir keputihan untuk mendeteksi keberadaan jamur, bakteri, atau parasit yang menyebabkan keputihan.
- Tes infeksi menular seksual, untuk mendeteksi tkamu atau gejala dari infeksi menular seksual, seperti gonore, chlamydia, dan trikomoniasis.
- Pap smear, yaitu pemeriksaan terhadap sampel jaringan serviks untuk mendeteksi kelainan yang terjadi pada jaringan serviks.