Kunjungan JBFT menjajal LRT Jakarta JBFT (Jakarta Barrier Free Tourism) merupakan kegiatan wisata bersama yang diadakan oleh penyandang disabilitas sebagai salah satu wujud edukasi terhadap semua kalangan tentang disabilitas.
Bagi peserta JBFT, kegiatan wisata dengan menggunakan transportasi publik bisa menjadi keberanian dalam menjalani tantangan khususnya terhadap kondisi fasilitas publik yang ada, termasuk perilaku publik yang seringkali menjadi hambatan.
Setelah beberapa waktu lalu mencoba moda transportasi MRT Jakarta, kali ini JBFT mencoba LRT Jakarta, (Sabtu, 27/4/2019).
Kegiatan diawali dengan berkumpul di Stasiun Velodrome pada pukul 09.00 WIB. Sebanyak 72 peserta antusias menjajal naik LRT Jakarta dan berkeliling di dalam stasiun. Tercatat dalam daftar peserta: Pengguna Kursi Roda (12 orang); Peserta Tuna Rungu (3 orang); Peserta Tuna Netra (4 orang); Peserta CP, autism, daksa (10 orang); Pendamping dari non disabilitas yang terdiri dari keluarga, mahasiswa, volunteer (35 orang); Juru Bahasa Isyarat (2 orang); serta peserta dari Bina Marga, Kesejahteraan Sosial, Pariwisata, Komnas Perempuan, ITDP dan Fotografer.
Rombongan disambut oleh GM Operasi dan Pelayanan PT LRT Jakarta, Aditia Kesuma Negara dan tim pelayanan yang sedang bertugas di Stasiun Velodrome dan Stasiun Boulevard Utara selama fase Trial Run ini.
Aditia dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta JBFT
yang hari ini menjajal naik LRT Jakarta. LRT Jakarta sebagai moda transportasi publik baru di Jakarta
berusaha menyediakan prasarana dan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan, termasuk disabilitas. Ouput dari kunjungan ini adalah mendengar masukan dari peserta JBFT sehingga PT LRT Jakarta selaku badan usaha penyelenggara operasi sarana dan prasarana LRT Jakarta dapat memberikan pelayanan terbaik untuk seluruh warga Jakarta, termasuk melayani pelanggan disabilitas dengan baik.
“Kita berupaya untuk menyediakan pelayanan yang ramah disabilitas sesuai Standar Pelayanan
Minimum yang dipersyaratkan oleh regulator, sehingga azas kesetaraan itu memang benar-benar dapat dirasakan oleh para sahabat disabilitas,” jelas Aditia. (tdb)