Donor Darah Tanpa Drama : Inilah Ceritaku

Foto dokpri (Aida n Ovy)


"Eh besok aku mau donor loh, kamu mau ikutan gak?" Pertanyaan dari salah satu teman waktu itu sempat membuatku berfikir, ternyata selama aku hidup di bumi ini belum pernah ngerasain yang namanya donor darah. Entah apa alasannya, rasanya kok belum pernah kefikiran aja untuk ngelakuin dondar. Padahal aku bukan termasuk orang yang takut dengan darah maupun jarum suntik loh. Karena sejak kecil, aku udah bersahabat dengan jarum suntik. Menurut cerita ibuku sih, sejak usia tujuh bulan, aku udah sering keluar masuk rumah sakit. Kalau enggak salah ingat, terakhir opname kala itu usiaku 21 tahun deh. Dan Alhamdulillah, usai menikah aku enggak pernah opname lagi, semoga sehat selalu buat aku dan teman-teman semua. Aamiin.

Setelah menelaah, menimbang dan memikirkan ajakan dari temanku tadi, ceile,...kayak ditawarin nikah aja, wkwkwk. 

Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk daftar menjadi pendonor. Sempat kaget juga sih ketika melihat antusiasme para calon pendonor yang sedang antri mengisi formulir pendaftaran. Ternyata banyak sekali yang memiliki niat baik untuk menyumbangkan sebagian darahnya untuk mereka yang membutuhkan. 

Usai mengisi formulir, namaku di panggil untuk diperiksa tensi dan golongan darah sebelum melakukan prosesi dondar. Syukurlah semuanya normal dan memenuhi kriteria aman untuk melakukan dondar. Tapi, entahlah tiba-tiba nyaliku menciut manakala melihat selang dan kantung berisikan darah. Apalagi jarum yang digunakan sangat berbeda dengan jarum yang dulunya menjadi temanku. 

Bersebelahan dengan temanku, mbak Ovy namanya. Aku pun mulai ambil posisi rebahan di sebuah ranjang portabel yang sudah tersedia.