Di balik padatnya aktivitas masyarakat urban di sekitaran Jatinegara hingga bangunan bergaya kolonial yang berdampingan dengan gedung bertingkat, ternyata tersimpan salah satu kuliner legendaris di sebuah gang bernama Gang Lele.
Berada di kawasan Mester Cornelis, sebuah warung sederhana bergaya klasik berdiri seolah tak tergerus zaman. Deretan meja dan kursi kayu tertata rapi dengan daya tampung maksimal 25 orang. Di sampingnya, bara dari nyala arang sempurna membakar daging kambing yang disusun pada tusuk satai. Beberapa kali kipas anyaman bambu berwarna kuning kecoklatan berhasil mematikan nyala api yang terbentuk. Pada proses ini, api tidak dibutuhkan, cukup panas arang dan asap mengepul untuk membuat tusukan daging kambing berwarna merah menjadi putih pucat. Suatu tempo, daging tersebut direndam dalam ramuan rempah khas nusantara sebelum panas arang kembali menyempurnakan proses pembakaran.
Dahulu, tahun 1960 di atas trotoar kawasan Jatinegara Mester, Pak Kirmadi merintis Warung Sate. Terletak berdekatan dengan Kantor Polres Jakarta Timur yang pada masa itu dikenal sebagai Seksi 7 membuat Warung Sate Pak Kirmadi tenar dengan nama Warung Sate Seksi 7. Barulah pada 1979 akhir, Warung Sate Seksi 7 pindah ke dalam Gang Lele dan berganti nama menjadi Warung Sate Sederhana dengan tetap mempertahankan menu utama berbahan dasar kambing, yaitu gulai dan sate.