Porsi yang besar, harga yang murah, dan rasa seperti makan di rumah membuat Warteg laris manis. Pilihan lauk mulai dari telur, ayam dan ikan hingga macam-macam sayuran, dan tak lupa gorengan serta kerupuk membuat Warteg semakin diminati. Ditambah dengan segelas es teh manis akan melepas dahaga saat makan di Warteg.
Warteg (Warung Tegal) merupakan sebuah warung makan nasi yang sudah begitu melegenda di Jakarta. Bagaimana tidak, menurut Koperasi Warung Tegal saja tercatat setidaknya ada 34.000 warteg yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Menjadi pilihan utama sebagai tempat makan warga menengah ke bawah di ibu kota, banyak kelebihan yang dimiliki oleh warteg dan warteg modern. Harga murah, pilihan lauk banyak, dan tentunya rasa masakan yang sudah sangat lengket dengan lidah orang Indonesia kebanyakan.
Sejak pagi hingga sore hari, warteg akan menjadi primadona. Khusus di jam makan siang, berbagai kalangan akan mencari warteg terdekat dari lokasi mereka bekerja. Tak sedikit pula warga dari kalangan atas memilih warteg sebagai lokasi makan siang. Selama warungnya bersih, dijamin kalangan atas ini akan oke-oke saja untuk santap siang di lokasi.
Aspek bersih dan tertata pada warung ini yang kadang masih terlewatkan oleh banyak pemilik usaha warteg di Jakarta. Wajar, lantaran untuk fokus menyediakan beragam masakan dan melayani tamu di prime time saja sudah begitu menyita waktu. Bagian ini tentu menjadi peluang usaha untuk penguhasa-pengusaha lain yang akhirnya melahirkan tren warteg modern di Jabodetabek.
Share market untuk beberapa bisnis kuliner trending memang biasanya tidak terlalu besar, namun beda cerita untuk jenis kuliner macam warteg. Setiap orang selalu mencari makan siang dan nasi lauk adalah makanan paling dasar yang biasa dikonsumsi kelas pekerja di Indonesia. Daripada disebut pesaing warteg biasa, warteg modern justru lebih pantas menjadi alternatif baru bagi konsumen. Maka pasar untuk jenis kuliner semacam warteg tentu tak pernah menyempit, karena setiap tahun semakin banyak mulut yang butuh makan siang.