Bukan Pesaing, "Urban Farming"

1599 Views
Bukan Pesaing /
Seri : Ueban Farming -01

Penulis : Mas Soegeng

Waktu mau masuk bisnis pertamakali, saya membaca beberapa buku bisnis dengan pesan sama ; waspadai dengan persaingan. Pesaing adalah sebuah usaha yang menjual, memasarkan dan menyasar konsumen yang sama. Apalagi harga dan pelayanannya mirip. Dianjurkan, agar pebisnis menjaga benar agar produk mereka tidak sama. Pesaing berbahaya. Bisa membunuh bisnis anda. 



Anjuran itu tak berlaku buat semua. Di dunia hidroponik, setidaknya yang saya kelola, hal itu tak berlak. Di Omah Daun. Kampung Daun, HydroLand, bisnis adalah kebersamaan. Bisnis adalah berbagai peluang dan rejeki. Sharing economy. Yang tak punya lahan bisa berbagi, yang punya modal bisa bagi hasil, yang punya pasar bisa distribusi bersama. Persaingan hanya membuat anda hidup dalam hutan sendirian. Di hutan yang luas, rasanya lebih asyik hidup bersama orang lain. 

Sepanjang 2018, di aeea kebun di atas tadi, ada pelatihan hidroponik gratis, disediain materi juga makan minum. Evertything is for free. Yang latihan dari mahasiswa, dosen, ibu rumahtangga, pengusaha juga mereka yang mau terjun ke bisnis hidroponik. Padahal kursus di tempat lain bisa bayar Rp 500K sampai dua juta. Kalau mau ehois dan menang-menangan gampang. Bikin saja seminar hidroponik. Per orang 500K saja. Per sessi 50 orang, sehari dapat 25 juta. Seminggu dua kali saja sebulan sudah 200 juta. Anda akan dikenal sebagai seorang pengelola semibar san tak membuat perubahan apa-apa. 


Di Omah Daun diajarkan bagaimana cara bercocok tanam berbagai sayur dan buah, juga diajarkan cara menggeluti bisnis ini. Kami menyebut mereka dengan sebutan keren; Urban Farmer alias Petani Perkotaan yang menggarap Urban Farming Lifestyle. Gaya Hidup Petani Kota. Kaki tangan bersih, pakaian bebas, boleh pakai sepatu trendy, mau pakai dasi juga oke sambil pegang iPhoenX atau iPad. Semua rahasia dibuka, blak. No secret for this lifestyle business. 

Gak ada yang rahasia ? Gak takut persaingan ? Orang yang takut persaingan biasanya orang yang tak punya kreasi dan inovasi. Bebas saja. Asal terbatas. Terkadang juga ada yang sudah dibebasin tapi mereka kontak sendiri dengan para perani yang saya bina. Mereka tidak tahu para petani itu bisanya bercocok tanam tapi tak bisa mengelola bisnis. Belum paham untung rugi. 

Itu sebabnya banyak yang sudah masuk bisnis hidroponik mengkrak di tengah jalan. Modalnya habis sebelum menanam Apalagi panen. Mereka tak bisa menghitung RAB ( Rencana Anggaran Belanja), tak bisa menghitung  HPP ( Harga Pokok Penjualan/ Produksi) dan mengatur Cashflow ( Arus Kas). Padahal hal itu gratis diajarkan. Omah Daun memberi pelajaran gratis dan tidak ada rahasia, tapi ada orang yang masih penasaran mencari rahasia dengan berhubungan dengan orang yang tidak tepat. Kalau petani pintar, kehidupan petani Indonesia mestinya sudah makmur semua.


Di hidroponik jika ada orang butuh persediaan sayur hari ini 500 Kg, kita bisa saling kontak dan dalam hitungan jam, sudah terkumpul sayur yang diminta. Padahal sayur segitu bisa dari 20 sumber petani hidroponik sekitar yang masuk dalam networking kita. Di sepanjang jalan Margonda Raya terdapat ratusan toko fotokopi dan semuanya bisa hidup. Tidak takut persaingan. Lihat saja ibu-ibu berjualan kembang setaman yang berjejer sepanjang jalan kiri kanan. Semua bisa hidup. No competition needed. 

Dalam bisnis hidroponik berbagi ekonomi membuat semua maju dan tersenyum senang. Anda belum bertani juga ? Hidroponik, organik, aquaponic adalah bisnis masa depan. Jika belum nanti ketinggalan......

Mas Soegeng
HydroLand Rumpin, 28.01.19

Comments

Signin Signup